“Hai Syahla...”
“Iya....” Sapa Ian kepada Syahla saat
di depan kelas. Sudah satu minggu ini Ian sering menyapa dan memperhatikan
Syahla.
“Siapa sih dia? Kok kamu kenal,”
tanya Vita.
“Dia anak A-1 namanya Ian. Dia kan
yang kemarin kita ketemu waktu outbond itu, masa lupa sih,” jawab Syahla.
“Oww... dia suka sama kamu kayaknya,”
ujar Vita.
“Ngarang aja kamu nie,” kata Syahla.
“Ya mungkin aja benar, kan gak papa.
Dia juga cakep ini kan...” lanjut Vita.
“Udah ahh, mendingan kita belajar,
kan habis ini ada ulangan Matematika,” ucap Syahla sambil menarik lengan Vita
masuk ke kelas.
Kurang beberapa menit sebelum bel tanda masuk berbunyi, Syahla baru saja ingat bahwa ia belum membeli bolpoin baru karena miliknya sudah habis saat pelajaran yang tadi. Syahla mencoba untuk meminjam bolpoin pada teman-temannya namun sayang sekali, mereka tak membawa bolpoin lebih yang bisa ia pinjam.
“Aduh gimana ya? Kan habis ini ada
ulangan ,masa pakai pensik sih,” gumam Syahla. Kemudian Ian lewat mau ke ruang
kelas yang kebetulan berada di samping kelas Syahla. Tak lupa seperti biasa,
Ian selalu menyapa Syahla.
“Iya...” jawab Syahla. “Ehh Ian, kamu
bawa bolpoin berapa?” lanjut Syahla.
“Kamu mau pinjam?” tanya Ian.
“Iya, soalnya punyaku habis aku lupa
belum beli hehehe...” Syahla menjelaskan.
“Ya udah, bentar ya aku ambil dulu,”
ujar Ian sambil beranjak pergi.
Beberapa menit kemudian.
“Ini bolpoinnya La, kamu pake aja
dulu” kata Ian.
“Makasih ya,” ucap Syahla dan mereka
pun kembali ke kelas masing-masing.
Beberapa hari berikutnya, Syahla dan
dua orang temannya yaitu Siska dan Deasy mengerjakan tugas bersama di rumah
Siska karena mereka mendapatkan tugas kelompok dari ibu Rina. Di saat sedang
asyik mengerjakan tugas, tiba-tiba konsentrasi Syahla terpecah ketika Siska
berbicara tentang Ian.
“La, tau gak kemarin Ian bilang kalau
kamu tu cantik banget gituu,” kata Siska sambil tertawa.
“Ahh, masa sih? Kayaknya gak mungkin
deh... palingan kamu juga salah denger,” jawab Syahla dengan raut wajah yang
mulai memerah.
“Iya, swear deh... dia tuw naksir
kamu tau gak...!” kata Siska sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari
tengahnya.
“Naksir? Naksir dari mana? Akrab aja
enggak kok,” ungkap Syahla sambil tersenyum.
“Ya mungkin, lagian Ian juga
ganteng. Nggak rugi kalau kamu disukai sama dia,” sahut Deasy.
“Iya bener tuw kata Deasy...
kowe ra percoyo mbi aku ta? Ya wis liat aja nanti... hahaha,” sambung Siska.
Awan menunjukkan hari telah
sore. Syahla melihat jam yang terus berputar di pergelangan tangan kirinya, yang
menunjukkan jika saat ini jarum jamnya sudah berada pada angka tiga, itu
berarti ia harus segera pulang karena jarak rumahnya dengan rumah Siska lumayan
jauh. Sesampai di rumah, Syahla langsung mandi dan beristirahat sejenak,
sebelum akhirnya melakukan sholat Maghrib, Isya’, dan belajar seperti hari-hari
biasanya. Kini waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB namun Syahla sudah mengantuk
daritadi karena ia letih. Kemudian ia tidur dengan pulasnya.
Ian datang dengan membawakan
rangkaian bunga yang indah. Ia mendatangi Syahla dan memberikan bunganya kepada
Syahla di kantin Sekolah. Syahlapun menerimanya dengan senang hati.
“Makasih ya Ian, ini bagus
banget, aku suka...” kata Syahla.
“Iya sama-sama... nanti sore
kita jalan yuk?” ajak Ian.
“Kemana?” tanya Syahla.
“Kamu maunya kemana? Besok
aku beliin bunga lagi dehh,,,?” Ian kembali menjawab.
“Ya udah terserah kamu
deh....” jawab Syahla.
Saat di perjalana mereka
tiba-tiba Ian disiram dengan seember air oleh seorang penjual bunga.
“He kamu yang belum bayar
bunga kemarin kan? Dasar anak kurang ajar!!!” tegur si penjual bunga.
Kemudian Syahla terbangun
saat adiknya tak sengaja menumpahkan segelas air ke tubuhnya dan ia baru sadar,
kalau yang baru saja dialaminya adalah sebuah bunga tidur belaka. “Untung cuma
mimpi, kalau kenyataan kan malu banget dong!!! Masa ngasih bunga ngutang
dulu....”
“Gubrakkkkk!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar